Kamis, 24 November 2011

polimer dan penangananya



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia yang cukup berahaya bagi lingkungan. Limbah daripada plastik ini sangatlah sulit untuk diuraikan secara alami. Untuk menguraikan sampah plastik itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna. Oleh karena itu penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun konservatif bagi lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu. Sedangkan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kita yang berada di Indonesia,penggunaan bahan plastik bisa kita temukan di hampir seluruh aktivitas hidup kita.
Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan kimia. Secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain, sedangkan jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali. Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk thermoplastic.
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun waktu tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak terelakkan. Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jabotabek rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap minggunya. Jumlah tersebut akan terus bertambah, disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat berkarat, dan pada akhirnya akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan. (YBP, 1986).
Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia yang cukup berahaya bagi lingkungan. Limbah daripada plastik ini sangatlah sulit untuk diuraikan secara alami. Untuk menguraikan sampah plastik itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna. Oleh karena itu penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun konservatif bagi lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu. Sedangkan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kita yang berada di Indonesia,penggunaan bahan plastik bisa kita temukan di hampir seluruh aktivitas hidup kita. Padahal apabila kita sadar, kita mampu berbuat lebih untuk hal ini yaitu dengan menggunakan kembali (reuse) kantung plastik yang disimpan di rumah. Dengan demikian secara tidak langsung kita telah mengurangi limbah plastik yang dapat terbuang percuma setelah digunakan (reduce). Atau bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle).
 Bayangkan saja jika kita berbelanja makanan di warung tiga kali sehari berarti dalam satu bulan satu orang dapat menggunakan 90 kantung plastik yang seringkali dibuang begitu saja. Jika setengah penduduk Indonesia melakukan hal itu maka akan terkumpul 90×125 juta=11250 juta kantung plastik yang mencemari lingkungan. Berbeda jika kondisi berjalan sebaliknya yaitu dengan penghematan kita dapat menekan hingga nyaris 90% dari total sampah yang terbuang percuma. Namun fenomena yang terjadi adalah penduduk Indonesia yang masih malu jika membawa kantung plastik kemana-mana. Untuk informasi saja bahwa di supermarket negara China, setiap pengunjung diwajibkan membawa kantung plastik sendiri dan apabila tidak membawa maka akan dikenakan biaya tambahan atas plastik yang dikeluarkan pihak supermarket.

B.     Rumusan Masalah
1.Apa pengertian limbah polimer  ?
2. Bagaimana dampak keberadaan limbah polimer sehingga memberi ancaman serius terhadap lingkungan
3. Bagaimana penanganan limbah polimer sehingga berdampak negatif terhadap lingkungan ?

  




BAB  II
      PEMBAHASAN


A Limbah Plastik
Nama plastik mewakili ribuan bahan yang berbeda sifat fisis, mekanis, dan kimia. Secara garis besar plastik dapat digolongkan menjadi dua golongan besar, yakni plastik yang bersifat thermoplastic dan yang bersifat thermoset. Thermoplastic dapat dibentuk kembali dengan mudah dan diproses menjadi bentuk lain, sedangkan jenis thermoset bila telah mengeras tidak dapat dilunakkan kembali. Plastik yang paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk thermoplastic.
Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan akan plastik terus meningkat. Data BPS tahun 1999 menunjukkan bahwa volume perdagangan plastik impor Indonesia, terutama polipropilena (PP) pada tahun 1995 sebesar 136.122,7 ton sedangkan pada tahun 1999 sebesar 182.523,6 ton, sehingga dalam kurun waktu tersebut terjadi peningkatan sebesar 34,15%. Jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun selanjutnya. Sebagai konsekuensinya, peningkatan limbah plastikpun tidak terelakkan. Menurut Hartono (1998) komposisi sampah atau limbah plastik yang dibuang oleh setiap rumah tangga adalah 9,3% dari total sampah rumah tangga. Di Jabotabek rata-rata setiap pabrik menghasilkan satu ton limbah plastik setiap minggunya. Jumlah tersebut akan terus bertambah, disebabkan sifat-sifat yang dimiliki plastik, antara lain tidak dapat membusuk, tidak terurai secara alami, tidak dapat menyerap air, maupun tidak dapat berkarat, dan pada akhirnya akhirnya menjadi masalah bagi lingkungan. (YBP, 1986).
Plastik juga merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia yang cukup berahaya bagi lingkungan. Limbah daripada plastik ini sangatlah sulit untuk diuraikan secara alami. Untuk menguraikan sampah plastik itu sendiri membutuhkan kurang lebih 80 tahun agar dapat terdegradasi secara sempurna. Oleh karena itu penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun konservatif bagi lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu. Sedangkan di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya kita yang berada di Indonesia,penggunaan bahan plastik bisa kita temukan di hampir seluruh aktivitas hidup kita. Padahal apabila kita sadar, kita mampu berbuat lebih untuk hal ini yaitu dengan menggunakan kembali (reuse) kantung plastik yang disimpan di rumah. Dengan demikian secara tidak langsung kita telah mengurangi limbah plastik yang dapat terbuang percuma setelah digunakan (reduce). Atau bahkan lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi sesuatu yang lebih berguna (recycle). Bayangkan saja jika kita berbelanja makanan di warung tiga kali sehari berarti dalam satu bulan satu orang dapat menggunakan 90 kantung plastik yang seringkali dibuang begitu saja. Jika setengah penduduk Indonesia melakukan hal itu maka akan terkumpul 90×125 juta=11250 juta kantung plastik yang mencemari lingkungan. Berbeda jika kondisi berjalan sebaliknya yaitu dengan penghematan kita dapat menekan hingga nyaris 90% dari total sampah yang terbuang percuma. Namun fenomena yang terjadi adalah penduduk Indonesia yang masih malu jika membawa kantung plastik kemana-mana. Untuk informasi saja bahwa di supermarket negara China, setiap pengunjung diwajibkan membawa kantung plastik sendiri dan apabila tidak membawa maka akan dikenakan biaya tambahan atas plastik yang dikeluarkan pihak supermarket.
B.Pengelolaan Limbah Plastik Dengan Metode Recycle (Daur Ulang)
Pemanfaatan limbah plastik merupakan upaya menekan pembuangan plastik seminimal mungkin dan dalam batas tertentu menghemat sumber daya dan mengurangi ketergantungan bahan baku impor. Pemanfaatan limbah plastik dapat dilakukan dengan pemakaian kembali (reuse) maupun daur ulang (recycle). Di Indonesia, pemanfaatan limbah plastik dalam skala rumah tangga umumnya adalah dengan pemakaian kembali dengan keperluan yang berbeda, misalnya tempat cat yang terbuat dari plastik digunakan untuk pot atau ember. Sisi jelek pemakaian kembali, terutama dalam bentuk kemasan adalah sering digunakan untuk pemalsuan produk seperti yang seringkali terjadi di kota-kota besar (Syafitrie, 2001).
Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana, yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi dan sebagainya (Sasse et al.,1995).
Terdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di Indonesia dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan secara manual yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju, dapat dilakukan di Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan biaya tinggi. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya industri daur ulang plastik di Indonesia (Syafitrie, 2001).
Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barang-barang plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan kualitas (Syafitrie, 2001). Menurut Hartono (1998) empat jenis limbah plastik yang populer dan laku di pasaran yaitu polietilena (PE), High Density Polyethylene (HDPE), polipropilena (PP), dan asoi.

C. Plastik Daur Ulang Sebagai Matriks
Di Indonesia, plastik daur ulang sebagian besar dimanfaatkan kembali sebagai produk semula dengan kualitas yang lebih rendah. Pemanfaatan plastik daur ulang sebagai bahan konstruksi masih sangat jarang ditemui. Pada tahun 1980 an, di Inggris dan Italia plastik daur ulang telah digunakan untuk membuat tiang telepon sebagai pengganti tiang-tiang kayu atau besi. Di Swedia plastik daur ulang dimanfaatkan sebagai bata plastik untuk pembuatan bangunan bertingkat, karena ringan serta lebih kuat dibandingkan bata yang umum dipakai (YBP, 1986).
Pemanfaatan plastik daur ulang dalam bidang komposit kayu di Indonesia masih terbatas pada tahap penelitian. Ada dua strategi dalam pembuatan komposit kayu dengan memanfaatkan plastik, pertama plastik dijadikan sebagai binder sedangkan kayu sebagai komponen utama; kedua kayu dijadikan bahan pengisi/filler dan plastik sebagai matriksnya. Penelitian mengenai pemanfaatan plastik polipropilena daur ulang sebagai substitusi perekat termoset dalam pembuatan papan partikel telah dilakukan oleh Febrianto dkk (2001). Produk papan partikel yang dihasilkan memiliki stabilitas dimensi dan kekuatan mekanis yang tinggi dibandingkan dengan papan partikel konvensional. Penelitian plastik daur ulang sebagai matriks komposit kayu plastik dilakukan Setyawati (2003) dan Sulaeman (2003) dengan menggunakan plastik polipropilena daur ulang. Dalam pembuatan komposit kayu plastik daur ulang, beberapa polimer termoplastik dapat digunakan sebagai matriks, tetapi dibatasi oleh rendahnya temperatur permulaan dan pemanasan dekomposisi kayu (lebih kurang 200°C)POLIMER BIODEGRADASI
Bahan biodegradable polymer termasuk salah satu produk baru yangdikembangkan di Indonesia. Bahan itu lebih murah dibanding bahan plastik lainnya.Waktu hancurnya lebih singkat. Bahan ini juga tidak beracun dan sangat amanuntuk membungkus makanan.Plastik dan polimer banyak digunakan masyarakat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau bahan dasar. Setiap tahun sekitar 100juta ton plastik diproduksi dunia untuk digunakan di berbagai sektor industri. Kira-kira sebesar itulah sampah plastik yang dihasilkan setiap tahun.Material plastik banyak digunakan karena mempunyai sifat unggul, sepertiringan, transparan, tahan air, serta harganya relatif murah dan terjangkau olehsemua kalangan masyarakat. .
 
8
Sebaliknya, plastik masih mempunyai sifat kurang menguntungkan. Plastik tidak mudah hancur karena lingkungan, baik oleh cuaca hujan dan panas mataharimaupun mikroba yang hidup dalam tanah.Beranjak dari permasalahan itu, muncul pemikiran menggunakan bahanalternatif untuk membuat material polimer yang ramah lingkungan (biodegradable,Red).Di beberapa negara maju, bahan plastik biodegradable sudah diproduksisecara komersial, seperti poli hidroksi alkanoat (PHA), poli e-kaprolakton (PCL),poli butilen suksinat (PBS), dan poli asam laktat (PLA).Namun, kebanyakan bahan baku untuk bahan plastik biodegradable masihmenggunakan sumber daya alam yang tidak diperbarui (non-renewable resources,Red) dan tidak hemat energi. Dengan demikian, tentu pengembangan bahan plastik biodegradable yang memanfaatkan bahan-bahan alam terbarui (renewableresources, Red) sangat diharapkan.Beranjak dari pemikiran itu, Feris Firdaus, Sri Mulyaningsih, dan EndangDarmawan dari DPPM (Direktorat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Red)Universitas Islam Indonesia (UII) Jogjakarta meneliti plastik kemasan yang ramahlingkungan dan dari renewable resources.Riset yang berlangsung sejak awal 2006 itu adalah riset pengembanganbahan plastik baru yang dapat hancur dan terurai dalam lingkungan. Dengan katalain, ini merupakan salah satu alternatif memecahkan masalah penanganan sampahplastik."Plastik biodegradable dari pati singkong dan khitosan ini menjadi salah satualternatif bahan pembungkus. Selain ramah lingkungan karena mudah terurai, jugamemiliki karakteristik awet dan tahan hingga bulan ke-3 dari pemakaian," tandasFeris, peneliti muda bidang kimia material dan komposit andalan DPPM UII itu.Penelitian yang bertujuan mensintesis komposit pati-khitosan dan membentuk filmplastik biodegradable itu pada akhir 2006 lalu juga berhasil mendapat dana dariMenristek untuk pengembangan penelitiannya.Dalam penelitian ini, film plastik biodegradable diartikan sebagai film yangdapat didaur ulang dan dihancurkan secara alami.
 
9
Bahan ini juga mudah untuk di daur ulang dan aman adanya. Pati merupakanbiopolimer karbohidrat yang dapat terdegradasi secara mudah di alam dan bersifat dapat diperbarui. Pati sendiri memiliki batasan bervariasi terkait dengan kelarutandalam air.Lapisan tipis dari pati dapat dengan mudah rusak. Untuk meningkatkankarakteristik, biasanya pati dicampur biopolimer yang bersifat hidrofobik ataubahan tahan air. Salah satu biopolimer hidrofobik yang direkomendasikan adalahkhitosan yang dapat disintesis dari limbah cangkang udang dan crustacea lainnya.Khitosan direkomendasikan sebagai biomaterial berpotensi tinggi untuk dikompositkan dengan pati atau amilum sebagai bahan utama pembuatan komposit pati-khitosan. Khitosan merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, larutan basakuat, sedikit larut dalam HCl dan HNO3, dan H3PO4, dan tidak larut dalam H2SO4.Selain itu, khitosan tidak beracun, mudah mengalami biodegradasi, danbersifat polielektrolitik. Karakteristik lain khitosan adalah dapat dengan mudahberinteraksi dengan zat-zat organik lain, seperti protein dan lemak. Karena itu,khitosan relatif lebih banyak digunakan pada berbagai bidang industri terapan danindustri farmasi dan kesehatan.Penelitian ini bersifat eksperimental murni yang dilakukan di laboratoriumyang sering disebut The True Experimental Research. Bahan yang digunakan adalahpati yang diekstrak dari singkong, khitosan yang disintesis dari limbah cangkangudang, asam asetat encer, HCl 1,25 N, NaOH 3,5 persen dan 60 persen, gliserol,aquades. Peralatan yang digunakan adalah grander, blender, seperangkat alat gelas,bejana, pemanas elektrik, termometer, cetakan PE, oven, tenso lab (mesdan),mikroskop elektrik (EM 30 µm/nikon HFX-DX).Mekanisme penelitiannya dimulai dengan ekstraksi pati singkong denganaquades, disaring, diendapkan, dan dikeringkan. Lalu perlakuan terhadap patimenggunakan pentanol-1. Pati kering 50 gr dilarutkan dalam blender berisipentanol-1 50 ml, proses isolasi berlangsung 5 menit.Proses polimerisasi campuran amilosa dan amilopektin tersebut dimulaidengan pemanasan suhu 80-90 0C dengan penambahan aquades 300 ml, sampaiterbentuk biopolimer, lalu dicampur gliserol (plasticizer, Red), diaduk 3 menit,
 
10
dicetak dalam cetakan PE, dioven dua hari (2 x 24 jam) pada suhu 45 0C,selanjutnya dilepaskan dari cetakan dan dikondisikan dalam suhu kamar atauruangan selama 24 jam. Film plastik biodegradable siap dianalisis dan diuji.Analisis morfologi terhadap film plastik biodegradable yang dihasilkandilakukan menggunakan mikroskop elektrik (EM 30 µm). Selanjutnya, dilakukan ujikarakteristik mekanik (tensile strength, elongation at break, elastic modulus)terhadap film plastik biodegradable dengan ukuran sampel 3 x 25 cm menggunakantenso lab. (yandi bagus).
2.2 POLIMER STRUKTURAL
Biodegradable juga berarti proses pengomposan (composting). Polimer-polimer yang mampu dikomposkan (compostable) harus memenuhi beberapakriteria, yaitu mengandung salah satu dari jenis ikatan asetal, amida, atau ester,memiliki berat molekul dan kristalinitas rendah, serta memiliki hidrofilitas yangtinggi.Persyaratan ini sering kali bertentangan dengan permintaan masyarakat,kebutuhan pasar, dan spesifikasi teknik. Sehingga jalan kompromi pengaruh berat molekul, kristalinitas dan hidrofilitas terhadap biodegradabilitas dan sifat mekanik harus ditempuh.Pengomposan yang sempurna sampai ke tahap mineralisasi akanmenghasilkan karbon dioksida dan air. Hal ini kurang disukai karena tidak memperbaiki kesetimbangan CO di udara, energi yang terkandung di dalam materialyang dikomposkan tidak dapat di recovery serta tidak memungkinkan materialdiubah menjadi material-material dasar yang dapat digunakan kembali (reusable).Hanya pengomposan terkontrol yang akan menghasilkan kompos yang dapat digunakan untuk kebutuhan pertanian dan kehutanan.Polimer biodegradable dapat diperoleh dengan tiga cara, yaitu biosintesisseperti pada kanji dan selulosa, proses bioteknologi seperti pada poli (hidroksi fattyacids), dan dengan proses sintesis kimia seperti pada pembuatan poliamida,poliester, dan poli (vinil alkohol). Kanji dan selulosa diperoleh langsung dari sintesis
 
11
alam, dengan jalan ini dapat diperoleh biopolimer dalam kuantitas yang besar danmurah, tetapi memiliki kelemahan dalam hal penyerapan air yang tinggi dan tidak dapat dilelehkan tanpa bantuan aditif.Poli (hidroksi fatty acid) dihasilkan oleh mikroorganisme dengan prosesbioteknologi. Material ini sekarang sudah tersedia di pasar dengan harga yang tinggikarena proses isolasi dan pemurniannya yang rumit.Patut diperhatikan bahwa polimer ini disintesis dari glukosa, glukosadiperoleh dari proses penguraian secara fermentasi (fermentative breakdown) daribiopolimer kanji. Sintesis kimia memberikan lebih banyak kemungkinan untuk memproduksi polimer biodegradable.Poliester dengan berat molekul dan kristalinitas tinggi serta memiliki sifat hidrofilitas yang rendah diketahui sebagai salah satu material teknik yang penting,tetapi sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh negatif terhadap kemudahanpolimer tersebut untuk dibiodegradasi (biodegradability). Alifatik poliester dapat dianggap sebagai langkah pertama untuk mengompromikan sifat - sifat di atas.
2.3 PROSES DEGRADASI POLIMER
Degradasi polimer dasarnya berkaitan dengan terjadinya perubahan sifat karena ikatan rantai utama makromolekul. Pada polimer linear, reaksi tersebut mengurangi masa molekul atau panjang rantainya. Sesuai dengan penyebabnyakerusakan atau degradasi polimer ada berapa macam. Kerusakan termal,fotodegradasi, radiasi, kimia, biologi, dan mekanisme.
2.3.1 BIODEGRADASI POLIMER
Organisme hidup tak hanya sanggup membuat biopolymer seperti protein, asamnukleat, polisakarida termasuk selulosa, tetapi juga mampu menghancurkannya.Mereka mengahsilkan enzim khas yang dapat menyerang polimer alamiah. Haltersebut berbeda dengan polimer sintetik. Polimer sintetik yang lama, memengnyaris tidak temakan oleh mikroba. Sampah plastic produk lama akan tetap terus
 
12
tetanam di tanah dalam jangka waktu yang lama. Namun saat ini polimer-polimerbiodegradsi telat terbuat, sehingga tidak akan merusak lingkungan.Berbagai mikroorganisme di bumi, juga dalam tanah mamu menguraikan zat-zat mati demi perlu pertumbuhannya. Pertumbuhan itu berfaktor dari pH, suhu, zat hara, mineral, kadar oksigen, dan kelembaban. Banyak diantara mikroorganisme itumenghasilkan enzim pengkatalis reaksi hidrolisis misalnya polyester alifatik,polieter, polimetana, poliamida, yang dapat diserang oleh mikroba.
2.3.2 STRUKTUR DAN SIFAT-SIFAT POLIPROPILENA
Monomer-monomer yang menyusun rantai polipropilena adalah polipilena yangdiperoleh dari permunian minyak bumi. Propilena, merupakan senyawa vinil yangmemiliki struktur : CH2=CH-CH3Secara industri polimerisasi dilakukan dengan menggunakkan katalisasi koordinasi.Proses polimerisasi ini akan mengahasilkan suatu rantai linear yang terbentuk 
A-A-A-A- dengan A merupakan propilena.Struktur tiga dimensi dari propilena dapat terjadi dalam tiga bentuk ytang berbedaberdasarkan posisi relative dari gugus metal satu sama lain didalam rantaipolimernya.DEGRADASI POLIPROPILENATsucia dan Summil telah meneliti hasil dari dekomposit termal polipropilenaisotaktil pada suhu 3600,3800 dan 4000 dalam ruang hampa. Kiran dan Gillhammenyarankan mekanisme degradasi termal Polipropilena sebagai berikut :Radikal primer dan sekunder selanjutnya akan terpolimerasi sehingga akan menjadimonomer-monomer.Reaksi perpindahan radikal intra molecular akan menghasilkan radikal tersier
http://htmlimg2.scribdassets.com/7ythsxjwowzivna/images/13-b4b667edf3.jpg
 
15
Banyak senyawa ini digunakan sebagai donor elektron secara aerobik olehmikroorganisme seperti bakteri dari genus Pseudomonas. Metabolisme senyawa inioleh bakteri diawali dengan pembentukan Protocatechuate atau catechol atausenyawa yang secara struktur berhubungan dengan senyawa ini. Kedua senyawa iniselanjutnya didegradasi menjadi senyawa yang dapat masuk ke dalam siklus Krebs(siklus asam sitrat), yaitu suksinat, asetil KoA, dan piruvat. Gambar 2 menunjukkanreaksi perubahan senyawa benzena menjadi catechol.
Gambar 2. Reaksi degradasi hidrokarbon aromatic
2.4.3 FAKTOR PEMBATASAN BIODEGRADASI

Kemampuan sel mikroorganisme untuk melanjutkan pertumbuhannyasampai minyak bumi didegradasi secara sempurna bergantung pada suplai oksigenyang mencukupi dan nitrogen sebagai sumber nutrien. Seorang ilmuwan bernamaDr. D. R. Boone menemukan bahwa nitrogen tetap merupakan nutrien yang paling
http://htmlimg4.scribdassets.com/7ythsxjwowzivna/images/16-f26d47990a.jpg

C. Penggunaan plastik Biodegradabel
plastik dapat dibuat agar mudah terdegradasi. Inovasi awalnya adalah dengan menambahkan polisakarida ke dalam campuran bahan baku plastik, namun perkembangan berikutnya plastik sudah dapat dibuat dari bahan baku 100% polisakarida. Plastik semacam ini dapat terdegradasi dengan cepat karena merupakan substrat yang dapat dicerna oleh mikroorganisme di lingkungan. Selain pembuatan biodegradable plastic dari polisakarida, terdapat pula inovasi lain dalam pembuatan plastik berbahan baku minyak bumi agar dapat didegradasi dengan cepat, yaitu dengan menambahkan zat aditif tertentu untuk mempercepat proses oksidasinya menjadi air dan karbondioksida.
Biodegradable plastic telah dipakai secara luas di Eropa, di mana penggunaannya telah diatur oleh regulasi setempat. Beberapa pemerintah mewajibkan penggunaannya seraya menggalakkan insentif yang mendukung pengembangan industri ini. Setiap produk biodegradable plastic disertifikasi oleh lembaga yang telah ditunjuk untuk menjamin kualitasnya. Lembaga seperti ini belum ada di Indonesia, sehingga biodegradable plastic yang beredar di Indonesia sebenarnya masih belum dapat dijamin kualitasnya, termasuk tingkat keramahannya terhadap lingkungan
D.Incinerasi
Cara lain untuk mengatasi limbah plastik adalah dengan membakarnya pada suhu tinggi (incinerasi). Limbah plastik mempunyai nilai kalor yang tinggi, sehingga dapat digunkana sebagai sumber tenaga untuk pembangkit listrik. Beberapa pembangkit listrik menggunakan batu bara yang dicampur dengan beberapa persen ban bekas. Akan tetapi, pembakaran sebenarnya menimbulkan masalah baru, yaitu pencemaran udara. Pembakaran plastik seperti PVC menghasilkan gas HCl yang bersifat korosif. Pembakaran ban bekas menghasilkan asap hitam yang sangat pekat dan gas-gas yang bersifat korosif. Gas-gas korosif ini membuat incinerator cepat terkorosi. Polusi yang paling serius adalah dibebaskannya gas dioksin yang sangat beracun pada pembakaran senyawa yang mengandung klorin seperti PVC. Untuk itu, pembakaran harus dilakukan dengan pengontrolan yang baik untuk mengurangi polusi udara.

E. Pengolahan sebagai industri kerajinan
Kerajinan dari sampah plastik merupakan kerajinan yang bisa menjadi alternatif peluang usaha di sekeliling kita. Seperti diketahui Plastik merupakan bahan kebutuhan yang banyak dipergunakan dalam kehidupan manusia modern. Akan tetapi sisa sampah dari plastik menjadi permasalahan tersendiri bagi kehidupan. Karena Sampah plastik merupakan limbah rumah tangga yang sangat sulit untuk diuraikan berbeda dengan sampah organik yang cepat bisa terurai. Untuk menguraikan sampah plastik diperlukan waktu yang sangat lama bisa berpuluh-puluh tahun, sampah organik bisa diurai dan diubah menjadi kompos dalam beberapa hari saja  Di lain sisi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari justru semakin meningkat sehinga problem semakin pelik. Solusinya adalah dengan mengurangi penggunaan bahan yang berasal dari plastik atau mendaur ulang sampah plastik menjadi barang yang bermanfaat . Sampah plastik bisa diolah menjadi aneka Kerajinan yang memiliki potensi ekonomi yang cukup baik. Peluang usaha Kerajinan sampah plastik ini disamping mendatangkan rezeki juga mengurangi polusi akibat sampah plastik.



DAFTAR PUSTAKA
Adhar Sigh,Ram, 2006, Penelitian Sampah Plastik untuk Kontruksi Jalan Raya, New
Delhi.
Anonim, 2007, Penyusunan Master Plan Persampahan Kota Malang.
Anonim, 2006, Malang dalam Angka Kota Malang, 2006.
Arie S, 2008, Aspek Inovasi Dalam Implementasi 3 R Sampah : Kajian Dalam
Perspektif Intitusional
Ari Suryanto,Dody dkk, 2005, Kajian Potensi Ekonomis Dengan Penerapan 3R pada
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kota Depok
Aryanti, dkk, 2000, Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Di
lingkungan Perumahan, Vol 16 N0 2. Jurnal Puslitbangkim, Jakarta
Damanhuri, E dkk 1989, Pengkajian Laju Timbulan Sampah di Indonesia, Pus lit.
Bang. Pemukiman Dept PU-LPM ITB.
Enviromental servisec program (ESP) DKI, 2006, Modul Pelatihan Pengelolaan
Sampah Berbasis Masyarakat.
E.HSU, Cm. Kuo, 2004, Recycling Rates of Waste Home Appliances in Taiwan.
Ellina S. Pandebesie, 2005, Teknik Pengelolaan Sampah, Surabaya
Gede Purnama, Sang, 2005, Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat, Bali
http://susilo.adi.setyawan.student.fkip.uns.ac.id/2009/07/14/daur-ulang-kertas
M. Troschinetz, Alexis and R. Mihelcic, James, 2004, Sustainable Recycling of
Municipal Solid Waste in Developing Countries,
Osmen gultom, 2000, Pengelolaan Recorvery Sampah Padat Perkotaan Secara
Terpadu.





Rabu, 02 November 2011

potensi singkong


Singkong (Manihot esculenta Crunz sin.) adalah salah satu umbi lokal yang mempunyai  po­tensi besar untuk dikem­bangkan.  Negara kita adalah pe­nghasil singkong ke-4 dunia se­telah  Nigeria, Thailand dan Bra­zil. Menurut data BPS pada ta­hun 2009 produksi singkong men­capai 22 juta ton, bahkan me­nurut data tahun 2010 (ARAM III) produksinya telah mencapai 23 juta ton. Kandungan gizi sing­kong tidak kalah dengan beras dan gandum selain sebagai sumber karbohidrat, mengan­dung vitamin B1, vitamin C, beta ka­roten (singkong kuning) juga mempunyai serat yang mem­bantu proses pencernaan. Ke­unggulan lain dari singkong dan pro­duk turunannya adalah mem­punyai indeks glikemik (IG) rendah sehingga cocok dikon­sumsi penderita diabetes dan tidak mengandung gluten se­hingga aman dikonsumsi penderita autis.
Program pemerintah yang berkaitan dengan pengembangan umbi lokal yaitu menjadikan singkong ini dalam bentuk tepung. Pengembangan industri singkong menjadi tepung adalah salah satu upaya untuk me­ngu­rangi impor teigu dan mensub­tistusinya dengan tepung lokal. Terigu adalah sumber karbohidrat terbesar kedua setelah beras yang dikonsumsi masyarakat. Keuntungan yang kita peroleh dengan mengembangkan in­dustri kecil berbasis singkong untuk mensubtitusi terigu antara lain devisa negara yang digu­nakan untuk  impor terigu bisa digu­nakan untuk pembangunan sa­rana fisik atau program pem­berdayaan dan peningkatan pen­dapatan masyarakat.
Lalu, home industry pengolahan yang berbasis singkong dan tu­runannya bisa berkembang lebih cepat.
Beberapa industri rumahan ya­ng bisa ditumbuhkan dari turunan singkong ini adalah
a. Tepung
Mulai tahun 2010 hingga 2014 secara bertahap Pemerintah mem­berikan stimulus pengem­bangan industri pangan lokal skala rumah tangga dengan mem­berikan alat bantu pene­pungan untuk kelompok wanita tani (KWT). Pembinaan yang in­tensif dari penyuluh sangat pen­ting sebagai penyampai tek­nologi, motivator dan fasilitator bagi percepatan program diver­sifikasi pangan. Kelompok dibim­bing untuk bisa memproduksi tepung secara intensif sesuai standar kualitas dan kemasan yang menarik. Seperti yang dilakukan di KWT Pamekar Sari di Kecamatan Tunjung Teja yang sudah intensif mengolah sing­kong dalam bentuk tepung cassava/singkong, tepung cassava ter­modifikasi (Mocaf) dari ban­tuan alat penepungan yang diberikan kepada kelompok.
Produk dari tepung lokal akan mempunyai nilai tambah dengan dibuat tepung komposit, yaitu dengan mencampurkan tepung cassava /mocaf  dengan tepung lainnya seperti tepung ubi atau serealia/biji-bijian.
b. Industri pangan tradisional
Bukanlah hal yang mustahil, de­ngan pengemasan yang baik, standar mutu dan kualitas yang kom­petitif, dapat ditumbuhkan in­dustri pangan tradisional yang me­nghidupi petani di sela-sela ke­giatan utama bertani. Seperti yang terdapat di Kampung Paru­masan Kecamatan Tunjung Teja ya­ng memproduksi aneka ca­milan berbahan baku singkong se­perti : opak, enyek, rangining. In­dustri ini telah tumbuh pu­luhan tahun menjadi sumber ma­ta pencaharian masyarakat se­hingga kampungnya terkenal dengan sebutan PPO (Parumasan Pa­brik Opak).
c. Industri Pangan Modern
Aneka kue,mie, bakery modern ber­bahan baku tepung lokal de­ngan kemasan yang cantik, me­narik, dan elegan saat ini ba­nyak dicari oleh konsumen ya­ng menyadari konsep hidup se­hat dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, beragam dan berimbang dan aman.
d. Industri beras non-padi
Untuk mengembalikan kebia­saan mengkonsumsi pangan lo­kal, singkong  bisa diolah men­jadi butiran beras non-padi atau bu­bur (porridge), seperti : tiwul instan, beras aruk, beras mutiara, nasi uleng, oyek yang dikemas menjadi makanan instan yang lebih praktis dikonsumsi.








Dalam membangun industri ber­basis singkong sangat diper­lukan kerja keras dan kreatifitas agar orang mau mencintai sing­kong dan memproduksinya se­cara kontinyu dan mempunyai ni­lai ekonomis tinggi. Kegiatan ini diadakan untuk memberikan pe­nghasilan tambahan bagi para petani sambil menunggu waktu panen atau menjadi program pemberdayaan bagi ibu-ibu tani di sela waktu luangnya.  Jalur-jalur pemasaran dan kerjasama permodalan juga perlu dibangun agar industri ini tidak hanya menjadi trend sementara tetapi menjadi menjadi tuntutan kebutuhan untuk mengatasi kerawanan pangan. Dukungan ber­bagai pihak untuk meng­konsumsi singkong akan mem­percepat pertumbuhan industri ini. Perlu kerjasama sinergis antara pemerintah dan masya­rakat agar industri ini tumbuh kompetitif dan sejajar dengan industri lainnya.Semoga Pangan lokal semakin eksis di negeri sendiri sebelum kekayaan hayati kita diambil oleh negara lain dan kita mewariskan kehampaan bagi generasi penerus kita. Konsumsi pangan lokal utuk hidup yang lebih sejahtera!