Rabu, 02 November 2011

potensi singkong


Singkong (Manihot esculenta Crunz sin.) adalah salah satu umbi lokal yang mempunyai  po­tensi besar untuk dikem­bangkan.  Negara kita adalah pe­nghasil singkong ke-4 dunia se­telah  Nigeria, Thailand dan Bra­zil. Menurut data BPS pada ta­hun 2009 produksi singkong men­capai 22 juta ton, bahkan me­nurut data tahun 2010 (ARAM III) produksinya telah mencapai 23 juta ton. Kandungan gizi sing­kong tidak kalah dengan beras dan gandum selain sebagai sumber karbohidrat, mengan­dung vitamin B1, vitamin C, beta ka­roten (singkong kuning) juga mempunyai serat yang mem­bantu proses pencernaan. Ke­unggulan lain dari singkong dan pro­duk turunannya adalah mem­punyai indeks glikemik (IG) rendah sehingga cocok dikon­sumsi penderita diabetes dan tidak mengandung gluten se­hingga aman dikonsumsi penderita autis.
Program pemerintah yang berkaitan dengan pengembangan umbi lokal yaitu menjadikan singkong ini dalam bentuk tepung. Pengembangan industri singkong menjadi tepung adalah salah satu upaya untuk me­ngu­rangi impor teigu dan mensub­tistusinya dengan tepung lokal. Terigu adalah sumber karbohidrat terbesar kedua setelah beras yang dikonsumsi masyarakat. Keuntungan yang kita peroleh dengan mengembangkan in­dustri kecil berbasis singkong untuk mensubtitusi terigu antara lain devisa negara yang digu­nakan untuk  impor terigu bisa digu­nakan untuk pembangunan sa­rana fisik atau program pem­berdayaan dan peningkatan pen­dapatan masyarakat.
Lalu, home industry pengolahan yang berbasis singkong dan tu­runannya bisa berkembang lebih cepat.
Beberapa industri rumahan ya­ng bisa ditumbuhkan dari turunan singkong ini adalah
a. Tepung
Mulai tahun 2010 hingga 2014 secara bertahap Pemerintah mem­berikan stimulus pengem­bangan industri pangan lokal skala rumah tangga dengan mem­berikan alat bantu pene­pungan untuk kelompok wanita tani (KWT). Pembinaan yang in­tensif dari penyuluh sangat pen­ting sebagai penyampai tek­nologi, motivator dan fasilitator bagi percepatan program diver­sifikasi pangan. Kelompok dibim­bing untuk bisa memproduksi tepung secara intensif sesuai standar kualitas dan kemasan yang menarik. Seperti yang dilakukan di KWT Pamekar Sari di Kecamatan Tunjung Teja yang sudah intensif mengolah sing­kong dalam bentuk tepung cassava/singkong, tepung cassava ter­modifikasi (Mocaf) dari ban­tuan alat penepungan yang diberikan kepada kelompok.
Produk dari tepung lokal akan mempunyai nilai tambah dengan dibuat tepung komposit, yaitu dengan mencampurkan tepung cassava /mocaf  dengan tepung lainnya seperti tepung ubi atau serealia/biji-bijian.
b. Industri pangan tradisional
Bukanlah hal yang mustahil, de­ngan pengemasan yang baik, standar mutu dan kualitas yang kom­petitif, dapat ditumbuhkan in­dustri pangan tradisional yang me­nghidupi petani di sela-sela ke­giatan utama bertani. Seperti yang terdapat di Kampung Paru­masan Kecamatan Tunjung Teja ya­ng memproduksi aneka ca­milan berbahan baku singkong se­perti : opak, enyek, rangining. In­dustri ini telah tumbuh pu­luhan tahun menjadi sumber ma­ta pencaharian masyarakat se­hingga kampungnya terkenal dengan sebutan PPO (Parumasan Pa­brik Opak).
c. Industri Pangan Modern
Aneka kue,mie, bakery modern ber­bahan baku tepung lokal de­ngan kemasan yang cantik, me­narik, dan elegan saat ini ba­nyak dicari oleh konsumen ya­ng menyadari konsep hidup se­hat dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, beragam dan berimbang dan aman.
d. Industri beras non-padi
Untuk mengembalikan kebia­saan mengkonsumsi pangan lo­kal, singkong  bisa diolah men­jadi butiran beras non-padi atau bu­bur (porridge), seperti : tiwul instan, beras aruk, beras mutiara, nasi uleng, oyek yang dikemas menjadi makanan instan yang lebih praktis dikonsumsi.








Dalam membangun industri ber­basis singkong sangat diper­lukan kerja keras dan kreatifitas agar orang mau mencintai sing­kong dan memproduksinya se­cara kontinyu dan mempunyai ni­lai ekonomis tinggi. Kegiatan ini diadakan untuk memberikan pe­nghasilan tambahan bagi para petani sambil menunggu waktu panen atau menjadi program pemberdayaan bagi ibu-ibu tani di sela waktu luangnya.  Jalur-jalur pemasaran dan kerjasama permodalan juga perlu dibangun agar industri ini tidak hanya menjadi trend sementara tetapi menjadi menjadi tuntutan kebutuhan untuk mengatasi kerawanan pangan. Dukungan ber­bagai pihak untuk meng­konsumsi singkong akan mem­percepat pertumbuhan industri ini. Perlu kerjasama sinergis antara pemerintah dan masya­rakat agar industri ini tumbuh kompetitif dan sejajar dengan industri lainnya.Semoga Pangan lokal semakin eksis di negeri sendiri sebelum kekayaan hayati kita diambil oleh negara lain dan kita mewariskan kehampaan bagi generasi penerus kita. Konsumsi pangan lokal utuk hidup yang lebih sejahtera!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar